Kisah ini terjadi ketika aku masih pertama masuk kuliah, jurusan Teknik
Mesin,saat itu aku belum berkenalan dengan Winnie
dan aku masih berpacaran dengan seorang gadis yang bernama Elli. Kami
mulai berpacaran ketika masih di kelas 3 SMA. Elli sebaya denganku,
walaupun dia lebih tua dua setengah bulan. Elli menurutku mempunyai
sifat agresif. Dahulu ketika kami belum berpacaran, Elli-lah yang
mendekatiku, walaupun aku akhirnya yang berbicara lebih dahulu.
Menurutku Elli cantik. Tubuhnya kecil, tidak
lebih tinggi dari bahuku. Ukuran dadanya..? Memang tidak terlalu besar,
yaitu 32B. Jika dibandingkan dengan tubuhnya yang kecil, ukuran dadanya
cukup besar. Pertama aku melihatnya, dia nampak seperti bidadari. Kecil
mungil, anggun, dan gerak geriknya menarik. Tetapi setelah aku
berpacaran dengannya, kuketahui Elli bukanlah tipe gadis yang setia.
Selama berpacaran aku tidak pernah melakukan persetubuhan dengannya.
Namun setelah aku mengetahui Elli tidak setia, aku berubah pikiran, dan
merencanakan suatu niat pembalasan kepadanya.
Hari itu, hari
terakhir sebelum aku diputuskan oleh Elli, aku mengajaknya ke rumahku.
Saat itu di rumahku hanya ada dua orang pembantuku. Orangtuaku sedang
pergi ke luar kota karena ada urusan keluarga, dan kakakku sedang pergi
ke rumah temannya. Di rumahku, aku menyuruh pembantuku membuatkan
minuman untuknya. Kami berdua berbincang-bincang beberapa saat dan
kemudian aku mengajaknya ke balkon lantai dua. Disana aku bertanya
kepadanya, apakah dia benar-benar menyukaiku. Elli nampaknya grogi
ketika mendengar pertanyaanku, dan aku terus mendesaknya. Tentu saja
akhirnya dia menjawab "ya".
Aku merangkul dan mencium keningnya. Elli diam saja, sehingga membuatku
semakin penasaran. Lalu kupeluk pinggangnya dan kucium telinga serta
lehernya, sehingga aku mulai merasa Elli terhanyut oleh permainanku.
Setelah itu aku melakukan sedikit permainan padanya, dan nampaknya Elli
benar-benar terbawa nafsu, aku bertanya kepadanya.
"El, badan lo bagus deh. Gue lihat ya?" kataku sambil berusaha melepaskan kancing bajunya.
Ternyata
Elli melakukan perlawanan, sehingga aku memegang kedua tangannya dengan
tangan kiriku, serta terus membuka bajunya secara paksa. Elli kemudian
berhenti melawan. Seluruh kancing bajunya akhirnya berhasil kubuka,
namun bajunya tidak kutanggalkan. Dia nampak seksi.
Langkah
pertama, aku mencium rambutnya sambil mengenggam tangannya, sementara
tanganku yang lain memeluk pinggangnya. Aku senang karena ternyata Elli
memberikan respon. Tentu saja aku tidak memperkosanya. Aku membimbingnya
ke dalam, dan membawanya ke dalam kamarku. Kemudian aku membuka baju
dan celanaku, sehingga aku tinggal memakai celana dalamku. Kupeluk dia
dan kucium bibirnya. Kumainkan lidahku di dalam mulutnya, dan Elli
membalas permainanku. Hebat juga, ternyata dia sangat pandai berciuman
dengan lidah. Elli membuka celana dan bajunya, sehingga dia hanya
memakai pakaian dalamnya saja. Mataku tidak lepas memandang belahan
payudaranya yang terlihat jelas.
"El, buka dong..!" kataku meminta.
Elli
menurut saja. Dia membuka celana dalamnya terlebih dahulu, sehingga aku
dapat melihat vaginanya yang dihiasi bulu hitam keriting yang cukup
rimbun. Kemudian dia membuka bra-nya, sehingga kedua payudaranya yang
membulat kencang dengan puting susunya yang kemerahan terbuka polos,
tegak menantang untuk dilumat. Dia tersenyum dan mendekatiku. Aku
kemudian menjilati telinga dan tengkuknya. Elli kegelian dan tertawa
kecil.
Melihat kedua payudaranya yang indah dan montok itu,
hatiku tidak sabar dan ingin segera merasakan kenikmatan kedua benda
tersebut. Kusapukan perlahan jariku pada permukaan payudara kanannya
yang halus dan lembut. Kuraba puting dan lingkaran areola-nya dengan
perlahan, sehingga Elli memejamkan matanya menikmati sensansi di puncak
payudaranya. Kucubit perlahan putingnya dan kutarik, sehingga Elli
mengeluarkan desahan tertahan. Lalu kukulum payudaranya dan kuhisap
dengan kuat seolah-olah aku menyusu padanya dan ingin menyedot seluruh
isi payudaranya. Aku menyedot, mengulum, dan menggigit payudaranya
bergantian, sehingga aku merasakan kepuasan dari payudara tersebut.
Dengan melepaskan perasaan gemas yang telah lama tertahan, tanganku
cepat meraih payudaranya dan kuremas dengan kuat, Elli mengaduh
kesakitan. Tanganku terasa meremas daging lembut kenyal berisi jaringan
kelenjar yang membuat birahiku terbakar.
"Aduh, Zal..! Pelan-pelan dong..!" katanya sambil mendesis kesakitan.
Aku
melepaskan tanganku dan jariku masuk ke liang vaginanya.
Kugesek-gesekkan jariku disana sehingga Elli mengerang. Aku lalu
menunduk dan menjilati vaginanya, sehingga Elli mendesah dan tidak mampu
berdiri. Dia menjatuhkan tubuhnya ke tempat tidur. Aku terus menjilati
bibir vaginanya, klitorisnya, bahkan jariku kugunakan untuk membuka
lubang sanggamanya dan kujilati dinding vaginanya dengan cepat.
Elli menggeliat-geliat liar sambil memegangi kepalaku.
"Ahh.. mhh.. Zal.." demikian desahannya sambil menyebut-nyebut namaku.
Aku
terus beroperasi di vaginanya. Lidahku semakin intensif menjilati liang
kemaluan Elli. Sekali-sekali kutusukkan jariku ke dalam vaginanya,
membuat Elli tersentak dan memekik kecil. Kugesek-gesekkan sekali lagi
jariku dengan vaginanya sambil memasukkan lidahku ke dalam lubangnya.
Kugerakkan lidahku di dalam sana dengan liar, sehingga Elli semakin
tidak karuan menggeliat.
Setelah cukup puas memainkan vaginanya
dengan lidahku dan aku dapat merasakan vaginanya yang teramat basah oleh
lendirnya, aku mengambil posisi dan membuka celana dalamku. Batang
penisku sudah tegang dan keras, siap menyodok lubang sanggamanya.
Dalam hati aku membatin, "Ini dia saatnya.. lo bakal habis, cewek sial..!"
Aku mengangkat tubuhnya yang kecil itu dan membantingnya ke tempat tidur, sehingga dia telentang sambil mengaduh.
Sebelum
dia sadar dengan apa yang terjadi, aku menyodokkan penisku ke dalam
vaginanya dengan cepat, sehingga dia berteriak kesakitan. Nyaman dan
hangat sekali vaginanya..! Kukocok keluar masuk penisku tanpa ampun,
sehingga setiap tarikan masuk dan tarikan keluar penisku membuat Elli
merasakan sakit pada vaginanya. Rintihan kesakitannya semakin menambah
nafsuku. Setiap kali penisku bergesek dengan kehangatan alat sanggamanya
membuatku merasa nikmat tidak terkatakan. Kemudian aku meraih kedua
daging yang berguncang-guncang di dadanya dan meremas-remas daging
kenyal padat tersebut dengan kuat dan kencang, sehingga Elli menjerit
setinggi langit. Tangannya mencakar tanganku, namun tidak kuperdulikan.
Untunglah dia tidak memiliki kuku yang panjang..!
Selanjutnya
sambil tetap mencengkeram kedua payudaranya dan tetap menyetubuhinya,
aku memutar-mutar tanganku dengan cepat dan menarik kedua payudaranya
dengan kuat.
"Lebih baik bila aku bisa membetot putus kedua payudaranya!" batinku.
Dengan
pikiran seperti itu, aku membetot kedua payudaranya dengan kuat,
sehingga sekali lagi Elli berteriak keras. Entah apa pikiran pembantuku
di bawah sana, aku tidak perduli. Lalu aku menekan kedua telapakku ke
dadanya, sehingga kedua payudaranya tergencet dengan keras dan sekali
lagi Elli mengaduh kesakitan. Tanganku merasakan enak sekali
mempermainkan kedua daging kenyal kembar milik Elli tersebut.
Sementara
gerakan sanggamaku semakin cepat dan kasar, sehingga Elli akhirnya
terkulai lemas kehabisan tenaga menahan sakit yang dideritanya. Setelah
beberapa saat aku merasakan buah zakarku geli luar biasa dan penisku
berdenyut-denyut. Akhirnya aku orgasme, dan penisku menyemprotkan cairan
spermaku berkali-kali ke dalam kehangatan rahimnya. Semprotan terakhir
membuatku lemas dan terjatuh menindih tubuhnya.
Beberapa lama
kami berdua berdiam dengan penisku masih tertancap pada lubang miliknya.
Tubuh mungilnya terkulai lemas dengan denyutan jantungnya yang turun
naik, menandakan dia sangat kecapaian. Rupanya tindakanku sempat membuat
tubuhnya hampir pingsan dan tidak kuasa lagi menahan sakit dan
lelahnya.
Aku memperhatikan dririnya yang terbaring tidak berdaya dengan nada senyuman yang puas dalam hati.
"Benar-benar
puas sudah apa yang kulakukan sekarang terhadapmu.. Heh..!" kataku
dalam hati sambil kubangkit dan kemudian memakai pakaianku, sementara
Elli mulia menangis tersedu-sedu dengan masih bertelanjang bulat.
Aku dapat melihat beberapa bekas lecet akibat kekasaranku pada payudaranya.
Sambil menangis, Elli memakai pakaiannya kembali. Setalah selesai dia memandangku dengan kebencian dan menamparku!
"Bajingan lo, Zal! Lo maniak! Kita putus!!" makinya.
Aku
hanya tersenyum mengejek. Aku maniak..? Dalam hati aku tertawa. Perduli
amat..! Yang penting aku puas dan sakit hatiku terbalas.
Sekian
Tidak ada komentar:
Posting Komentar